Seseorang
berhasil meracuni saya untuk ikut dalam perjalanan ini. Perjalanan menaklukkan
singgasana Dewi Anjani. RINJANI.
Rinjani,
Gunung tertinggi kedua di Indonesia ini, tak pernah sedikit pun terlintas dalam
pikiran saya untuk menginjakkan kaki disana, mendakinya, menaklukkannya, atau
apalah bahasanya.
Rinjani tak
ada dalam list perjalanan impian saya.
Tapi… ya,,
seseorang berhasil meracuni saya. Syahroni Akbar Prabowo (Kang Roni) – kembaran
ketemu gede :D - bersamanya saya merajut
impian untuk mencapai puncak Rinjani. Lalu tim pendakian pun dibentuk, bersama
kang Andi Budiman, Rian Prianto, Muhammad Hamzah, dan Astri Astari (Achie),
kita sepakat untuk berangkat menuju Rinjani. Dan… oh iya,,, ada Mbak Endah dan
temen-temennya yg akan menjadi sohib perjalanan kami menuju Rinjani.
Dari awal
tahun 2012, semua mulai dipersiapkan, apalagi saya dan Achie yg merupakan
anggota tim dengan lokasi paling jauh, maka hunting tiket promo pun dimulai
(naluri backpacker) :D Persiapan perlengkapan kita percayakan ke kang Roni.
Menghitung
hari menuju hari H… semakin ga sabar. Yaaa… buat saya, ini akan menjadi
perjalanan terjauh, dan akan menjadi petualangan terhebat. Saya cukup semangat
menyambut hari itu tiba.
Tiga minggu sebelum keberangkatan.
Berita apa
yg saya terima hari ini?
Saya harus
mengikuti diklat terkait dengan kedinasan saya.
Galau,,
Dilema,, Dan seketika semuanya terlihat kabur.
Sepertinya
saya harus rela melepaskan perjalanan ini. Karena Diklat ini pun sebenarnya hal
yang saya tunggu dan merupakan kewajiban bagi saya.
Tapi tentu
saja saya tidak seperti itu. Bukan Adinda namanya jika menyerah segampang itu.
Dengan usaha
dan doa maksimal, saya memohon kepada pihak yg berwenang agar saya
diikutsertakan dalam diklat selanjutnya saja. Dan ternyata permohonan itu tak segampang
yg saya bayangkan. GAGAL.
Ya… saya gagal mundur dari diklat.
Pasrah.
Tapi… ALLAH
ternyata menjawab doa saya. Beberapa jam setelah saya memutuskan untuk ikut
diklat (terpaksa), saya mendapat kabar bahwa jadwal diklat saya dapat
dimundurkan. Dan kabar ini seperti…. Ah ntahlah… kebetulan, keajaiban, atau
apalah namanya, rasanya campur aduk. Yg pasti perjalanan menuju Rinjani akan
tetap berlanjut \(^_^)/
Seminggu Sebelum Keberangkatan.
Sampai seminggu
sebelum keberangkatan (kalau saya tidak salah), satu persatu anggota tim
mundur.
Jeddaaaarr…!!
Jujur seperti tersambar petir. (ini ga berlebihan)
Rian,
terpaksa harus mundur karena harus lebih fokus ke TA nya.
Kang Andi
Budiman harus mundur karena kesehatannya tidak memungkinkan, dan beberapa hari
mendekati hari H orang tuanya sakit.
Achie pun
sempat memastikan dirinya akan mundur karena sakit.
Saya hanya
bisa menerima semuanya dengan terdiam. Ya.. terdiam tanpa ekspresi.
Tapi saya
coba menguatkan hati. Yaaa… ini impian saya… hmm… bukan ini impian kami. Kang
Roni sempat menguatkan dan meyakinkan saya. Apapun yang terjadi kami tetap
berangkat. Kami harus meneruskan perjuangan teman-teman yang tidak ikut.
Hari Keberangkatan
Rabu, 9 Mei 2012
Hari ini
adalah jadwal tim berangkat jalur darat. Yaaa… dari 4 anggota tim yg tersisa,
hanya saya sendiri yg berangkat via udara untuk mencapai Lombok – Mataram.
Maka, yg berangkat hari ini harusnya Kang Roni, Hamzah, dan Achie dari Bandung
menuju Lombok.
Tapi kabar
apalagi yg saya terima hari ini?
Kabar yg
lagi-lagi meruntuhkan pondasi semangat saya.
Kang Roni
batal ikut, karena kesehatannya benar-benar tak memungkinkan.
Sebenarnya
saya sudah mendengar kabar tentang kesehatannya sejak beberapa hari sbelumnya.
Hanya saja saya masih yakin bahwa dia tak selemah yang terlihat. Saya yakin dia
akan tetap berangkat.
Tapi
kenyataannya… saya harus rela bahwa kang Roni tak dapat melanjutkan perjalanan.
Dan kabar
ini tentu saja membuat saya, Hamzah, Achie dan juga mbak Endah bingung tiada
tara. Kang Roni yg mempersiapkan hampir 90 % segala perlengkapan dan kebutuhan
perjalanan, sekarang harus mundur di detik terakhir.
Dan jujur
saja, saya goyah. Achie pun begitu. Bahkan Achie sempat punya plan B jika
perjalanan ini tak diteruskan. Tapi, hasil telpon-telponan mbak Endah, Hamzah,
dan saya, kami sepakat tetap berangkat apa pun yg terjadi. Yaaa… saya pun
mencoba menguatkan diri saya… Saya Harus Tetap Berangkat. Ini IMPIAN saya,
IMPIAN kami.
Don’t Stop
Me Now!!! Tidak ada hal ‘urgent’ yg
membuat saya harus mundur, meskipun orang-orang yg harusnya berangkat bersama
saya mundur. Saya sudah melangkah, berjuang sejauh ini, mengorbankan banyak
hal, kenapa saya harus mundur?
Maka, hari
ini Achie dan Hamzah berangkat menuju Mataram. Dan kami bertiga memutuskan
untuk bergabung dengan tim mbak Endah karena tim kami sudah kacau balau
>.<
Dan saya tau
dengan sedikit berat hati mbak Endah menyetujui kami bergabung dengannya. Maaf
sudah merepotkan ya mbak :)
Jumat, 11 Mei 2012
07.30 WIB
masuk kantor. Mengerjakan beberapa hal.
10.00 WIB
langsung ngebut balik ke rumah, ambil barang dan bersiap ke bandara.
11.30 WIB
sampai bandara. Lari-lari sesak napas dengan keril yang aaahh... saya anggap
saja ini latihan sebelum muncak ke Rinjani :D
12.10 WIB
take off menuju Surabaya.
15.00 WIB
mendarat di Surabaya.
Langsung
disambit oleh mas Andrian yg saya ga tau dia udah stand by dari jam berapa.
Begitu ketemu, saya malah langsung nodong buat makan. Hahaha… maaf ya mas…
makasi juga udah ditraktir :D
Di Surabaya
saya janjian ketemu sama mbak Endah, dan kebetulan kita menggunakan pesawat yg
sama menuju Lombok. Sayapun hanya punya waktu beberapa jam untuk
berleyeh-leyeh, karena jam 18.40 WIB pesawat kami take off.
17.30 WIB
kami check-in sebentar, dan si jerapah – Mega Cahaya – nimbrung di Juanda buat
jadi tim dadah :D
Ngobrol-ngobrol
sebentar, sampailha waktu saya dan mbak Endah untuk masuk ke waiting room. Dan
kami bersiap say bye ke mas Andrian dan Mega. Tapi si Mega ini emang cerdas
luar biasa. Kecerdasannya sukses buat kami bertiga bengong. Tiket palsu ala
Mega sukses membuat Mega dan Mas Andrian masuk ke terminal keberangkatan dan
mengantarkan saya dan mbak Endah sampai depan gate waiting room b(^_^)d
- mas Andrian, saya, Mega - |
Lombok – Mataram
Finally…
kaki ini menginjakkan kaki di tanah pulau Lombok :)
Dan
perjalanan siap dilanjutkan.
Berbekal
saling kenal di facebook, ternyata mbak Endah mencari teman yg bisa
mengantarkan kami setidaknya sampai kota Mataram, karena lokasi bandara ke kota
Mataram cukup jauh.
Adalah tim
mas Tege – temennya mbak Dian yang merupakan temen lama mbak Endah (aahh.. agak
ribet dikit yaaa :D) – yang menjadi teman kami nimbrung saat ini.
Nunggu
beberapa belas menit di bandara Lombok, akhirnya tim mas Tege mendarat, mbak
Endah coba calling, cari-carian sedikit (karena ga pernah ketemu sebelumnya),
akhirnya ketemu. Kenalan, ngobrol, dan akhirnya kita berangkat menuju Mataram,
nyari penginepan.
Rencana awal
adalah saya dan mbak Endah akan ngumpul di satu penginapan bareng Hamzah, Achie,
dan Adhi (temennya mbak Endah juga). Tapi kala itu, kami mencoba menghubungi 3
anak manusia ini, gagal. Handphone Hamzah ga aktif, Achie dan Adhi aktif tp ga
diangkat. Sempet was-was, tapi hari memang sudah tengah malam, saya dan mbak
Endah berpikir mungkin mereka hanya tidur, kelelahan karena perjalanan darat
yang cukup menyita tenaga.
Maka malam
ini, kami memutuskan untuk ikut ke penginapan tim mas Tege – Wisma Nusantara 1
– jln. Suprapto no. 28. Aaahh… lagi-lagi kami merepotkan orang yang baru saja
dikenal.
Sabtu, 12 Mei 2012
Jadwal hari
ini adalah belanja logistik dan menunggu mbak Dian, mbak Indri, mbak Nina, dan
mbak Lia – temen-temen satu tim mbak Endah - yang akan menjadi teman perjalanan
saya, Hamzah dan Achie.
Sambil
menunggu mbak-mbak lainnya tiba di Mataram, saya dan mbak Endah terus
menghubungi Hamzah dan yang lainnya yg ternyata sampai pagi ini juga tak
kunjung ada kabar.
Saya sudah
ga tau berapa kali menghubungi Achie, karena hanya tinggal dia yg handphone nya
aktif. Perasaan saya dan mbak Endah carut-marut. Sarapan pagi ini pun terasa ga
enak. Segala pikiran buruk mulai datang.
Saya dan
mbak Endah mulai menghubungi teman-teman lain yang mungkin sempat berkomunikasi
terakhir dengan mereka bertiga. Tapi hasilnya nihil.
Info
terakhir hanya sms Hamzah bahwa mereka menginap di Srikandi Hotel. Dan dapat no
telp itu penginepan dari Nurul, tapi tetep aja nihil. Malah si receiption
bilang gak ada tamu check in atas nama mereka bertiga.
Aaaahh…
sempat hampir gila.
Dan beberapa
menit kemudian, handphone mbak Endah berbunyi, Hamzah calling. Mbak Endah pun
teriak histeris dpt telp dari Hamzah.
Dan
ternyata, apa yg dilakukan 3 anak manusia iniiiiiiii…. Mereka bertiga malah
kelayapan ke gili trawangan, handphone Achie tinggal di hotel Srikandi, dan
handphone Adi dan Hamzah ga ada sinyal di sana makanya ga bisa dihubungi.
Aaaahhh…
perasaan campur aduk. Pengen ngubek-ngubek tu anak 3 aja rasanya.
Well… semua
telah kembali normal.
Saya dan
mbak Endah pun langsung meluncur ke pasar buat belanja logistik. Pasar yang terdekat
dengan wisma Nusantara 1 adalah Pasar Dasan Agung. Beras, sayur, telur, air
mineral, buah, rempah, dan lainnya diborong. Sepulang dari pasar, barulah
Hamzah, Adhie, dan Achie muncul naik motor. Saya langsung saja menyemprot dan
gebukin mereka. Masih kesal :D
- belanja logistik - |
Dan pulang
menuju penginapan, mbak Endah nyobain naik cidomo – transportasi khas Lombok
mirip delman :)
- cidomo - |
Sampai
penginapan kita siap-siap untuk melanjutkan perjalanan.
12.00 WITA
semua anggota tim sudah kumpul, termasuk mbak Dian, mbak Indri, mbak Nina, dan
mbak Lia.
13.30 WITA
kita berangkat menuju desa Sembalun.
Kapasitas
mobil yang terbatas, terpaksa di atur sedemikian rupa agar kita bersembilan
muat di dalamnya. Yaaak… cukup desak-desakan lha kita di dalam. Menghemat
ongkos, maka mobil yg digunakan cukup satu mobil. :D
17.00 WITA
sampai di pos registrasi Taman Nasional Gunung Rinjani – Desa Sembalun.
Hari sudah
terlalu sore. Tak mungkin dipaksakan untuk melanjutkan pendakian hari ini juga.
Maka kami memutuskan untuk bermalam di pos registrasi, yang memang telah
tersedia beberapa kamar untuk pendaki yang kemalaman tiba di lokasi.
Minggu, 13 Mei 2012
Kami siap
naik Rinjani hari ini.
Matahari
belum tampak, tapi kami sudah siap dengan keril masing-masing untuk menapak
singgasana Dewi Anjani.
- selamat pagi, Rinjani - |
Berdoa
sebelum melangkah, dan langkah pertama pun diayunkan.
Udara masih
terasa dingin, dan saya merasakan sesuatu pagi ini.
Tim
ini… dengan 7 wanita dan hanya 2 lelaki,
dan bantuan 2 porter yg hanya bertugas membawa logistik kami. Sembilan orang
yang sama-sama belum pernah ke Rinjani, tak tau medan, tak tau situasi, dan 1
orang yaitu saya yg belum punya pengalaman naik gunung.
Aaahh.. Tim
pendakian terekstrim buat saya. Dan saya menguatkan hati dan fisik untuk tidak
boleh lemah selama perjalanan ini. Mungkin kalau ada kang Roni, kang Andi dan
Rian, ceritanya akan berbeda. Yaaa… saya harus kuat. Saya tidak boleh
merepotkan tim ini. Tim ini sudah cukup melewati hari yang berat dan cukup
kacau, dan selama perjalanan jangan sampai ada terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Setengah jam
berjalan, Achie tiba-tiba sakit. Maag nya kambuh. Dan kerilnya pun harus
diserahkan ke Adhi. Pfuuhh… cobaan awal. Tapi kami ga boleh drop.
Selanjutnya,,
ada jalan yg membingungkan, kanan atau kiri. Ambil kiri, jalan menanjak beberapa
meter, terdengar teriakan dari bawah, ternyata kami salah jalan. Aahh… apalagi
ini…??
Puter balik.
Dan harus tetap semangat. Harus.
4 jam
perjalanan di suguhi hamparan luas savana. Indahnya ciptaanMu,, indahnya
Indonesiaku ^_^
- savana Sembalun - |
09.30 WITA Dan
kita tiba di Pos 1. Istirahat sejenak. Lanjut jalan lagi.
11.00 WITA
tiba di Pos 2
Dan di Pos 2
kami memutuskan untuk makan siang. Apalagi mengingat Achie yg sakit maag.
12.30 WITA
start dari Pos 2
13.30 WITA
tiba di Pos 3 ,, shalat zhuhur – Ashar
Dan setelah
ini perjalanan akan sangat berat. Begitu katanya. Saya tak membayangkan
apa-apa. Dan saya masih yakin saya kuat.
7 bukit
penyiksaan.
Pfuuuhh…
ngos-ngosan… capek tiada tara. Kami yg tadinya sejalan pun terpencar. Di depan
ada Adhi, mbak Indri, mbak Dian, dan mbak Lia. Saya dan mbak Endah ada di lini
tengah. Di belakang kami, ada Achi, Hamzah, dan mbak Nina.
Hujan,,
kedinginan,, dan haripun mulai gelap.
- Ekstrim Team, ki-ka/ atas-bawah >> mbak Nina, mbak Lia, Hamzah, mbak Endah, Achi, Adhi, Saya, mbak Dian, mbak Indri - |
-- to be continued --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar