Ini
bukan petualangan kami yang pertama…
Bukan
pula petualangan terjauh yg pertama…
Ya..
mungkin kalo petualangan antar kota atau antar pulau yang mengharuskan kami berkendara
dengan pesawat, bus, dan kapal laut, jauhnya sudah tak perlu diperhitungkan.
Tapi,,
kali inilah petualangan terjauh kami yang kedua.
Tahun
lalu, kami menyusur beberapa pantai di gunung kidul, Jogja, dengan bermodal
motor pinjaman dan navigasi dari papan penunjuk jalan plus sedikit bertanya
dengan orang-orang sekitar.
Ban
motor bocor, hujan, sayanya sempat ngambek *eh :D , dan bahasa penduduk yang saya
sempat tak mengerti.. hihihi… ini bagian terlucu sebenernya…
terlahir bersuku jawa, tapi begitu diajakin ngomong jawa ga ngerti sama sekali… ahahah.. alhasil saya yang bertanya, saya yang bingung sendiri karena dijawab sama si ibu dengan bahasa jawa :D syukurnya sang partner masih fasih berbahasa jawa.
terlahir bersuku jawa, tapi begitu diajakin ngomong jawa ga ngerti sama sekali… ahahah.. alhasil saya yang bertanya, saya yang bingung sendiri karena dijawab sama si ibu dengan bahasa jawa :D syukurnya sang partner masih fasih berbahasa jawa.
Kali
ini, tahun ini.
Kami
pun penasaran sama yang namanya Batu Layar-Gigi Hiu, Desa Pegadungan, Kec.
Kelumbayan, Kab. Tanggamus, Lampung.
Masih
sama.. dengan bermodal motor pinjaman, nekat berangkat ke TKP hanya dengan
panduan arah melalui pesan singkat seorang teman yang pernah kesana.
2
jam pertama jalanan masih sangat bisa ditolerir. Melewati Bandar Lampung,
kemudian Kabupaten Pesawaran yang terkenal dengan bibir pantainya yg kece abis…
Jalanan masih aspal, meski ditemukan beberapa kali tak mulus, masih wajar.
Masuk
lah 2 jam selanjutnya, jalanan menurun, menanjak, disertai batu kerikil, hingga
bebatuan sedang, plus tanah merah, belum lagi ditemukan tanah yg terbelah,
mungkin karena aliran air hujan.
Sempat
salah arah, Tanya sana-sini, bensin nyaris abis ditengah perkampungan yg jarang
penghuni, dan mendekati TKP, orang yang menjadi rekomendasi teman kita untuk
dihubungi malah tidak ada di tempat.
Lelah
yang ga bisa lagi diutarakan.
Adalah
seorang pemuda setempat bernama Iam, yang akhirnya menemani perjalanan kami
sampai ke lokasi sesungguhnya.
Berangkat
dari Bandar Lampung pukul enam pagi, dan tibalah kami di lokasi Batu Layar,
Gigi Hiu pukul satu siang.
Lamaaaaa..??
iya..
Tapi
semuanya terbayaaaaarr…
Indonesia
punya nih… ;)
Meski
harus menghabiskan banyak waktu, meski tubuh harus terombang-ambing di atas
motor, meski tangan pegal ga karuan menahan gas dan rem motor.
bareng Iam si pemuda setempat |
Kami
pun tak sempat berlama disana, karena waktu yang tidak memungkinkan. Bersiap
kembali menuju Bandar Lampung, eh.. di jalan pulang malah di guyur hujan.
Dan
asli.. di bagian yang ini, kami nyaris menyerah. Jalanan menanjak dengan
bebatuan plus tanah merah membuat motor yang kami kendarai oleng dan nyaris
jatuh.
Hanya
bisa banyak berdoa saat itu.
Jadi..
disarankan bagi yang ingin berkunjung ke Batu Layar, sebaiknya pastikan cuaca,
fisik tubuh, dan fisik motor dalam kondisi sehat.
Tidak
disarankan menggunakan motor matic seperti kami, kecuali anda sudah expert :D
Terimakasih
untuk kesempatan yang pernah ada hingga bisa sampai kesana..
Hey
partner petualangan seumur hidup saya… mari bersiap mengunjungi destinasi
lainnya ;)