A.C.E.H.
Empat huruf yang cukup memberi arti dalam perjalanan,
petualangan saya menikmati alam, lingkungan, budaya, Indonesia.
Daerah Istimewa Aceh, Serambi Mekkah, Nanggroe Aceh
Darussalam, meski dengan berbagai macam nama, ACEH, tetaplah satu daerah, satu
bagian dari Indonesia.
Provinsi paling barat Indonesia ini cukup membuat saya
memperoleh banyak kenangan, pengalaman, pelajaran. Punya banyak teman-teman
asal Aceh saat kuliah tak pernah mendorong saya untuk ingin berkunjung ke
provinsi ini. Padahal bisa dibilang saya tinggal bertetangga dengan Aceh.
Iyaa.. saya tinggal di Medan-Sumatera
Utara, kurang lebih bisa ditempuh 10 jam perjalanan darat. Sampai pada saat
nya… ketika saya menyadari, Aceh menyimpan pesona alam yang luar biasa.
Diawali keberangkatan abang saya berwisata ke Sabang, Aceh.
Dengan bermodal foto darinya, gugling sana-sini, dan ternyata saya punya kakak
angkat disana, saya bersama beberapa teman pun memberanikan diri menjejak di
Aceh. Yang pada akhirnya, Aceh membuat saya jatuh cinta. Saya jatuh cinta pada
keindahan alamnya, terutama Sabang, saya jatuh cinta pada kemegahan Mesjid
Baiturrahman dan lingkungan di sekitarnya, saya jatuh cinta pada kota Banda
Aceh yang tentram, tenang, tertata, saya jatuh cinta pada pelabuhannya Ulee
Lheu,,, huaaa..huaaa… pelabuhan Ulee Lheu bikin betah parah.. berasa di luar
negeri.. hehehe… dan saya jatuh cinta dengan masyarakatnya ^_^
2011, Banda Aceh – Sabang we’re coming.
Pertama kalinya saya menjejak di Serambi Mekkah. Langsung
takjub dengan kotanya yang lengang, jauh dari keramaian dan kemacetan. Diajak
si kakak mengitari PLTD Apung di tengah pemukiman penduduk, sisa dari keganasan
Tsunami beberapa tahun silam. Selanjutnya diajak makan soto dengan diawali
kebingungan mau nongkrong, ngopi, makan dimana, saking banyaknya warung kopi disana. Hehe… yak.. Aceh, kota
dengan penghasil kopi yang ternyata, gegara kopi Aceh lha saya jadi doyan kopi
;)
Ketika waktu menunjukkan saatnya menyebrang ke Sabang, kita
pun langsung menuju pelabuhan. Dan ini yang bikin nganga juga… pelabuhannya
keren gilak. Sayang, saya tak sempat mengabadikannya saking terpesonanya.
Justru, kalau saja boleh, ingin rasanya berhenti di tengah jalan menuju
pelabuhan, lalu menikmati sunset :D tapi waktu yang tak memungkinkan.
Sesampainya di Sabang, semakin jatuh cinta pada provinsi
ini. Alam Sabang luar biasa. Tak pernah henti saya mengucap syukur. Subhanallah
sekali ciptaan Tuhan ini. Pantai, Danau, Samudera, Air terjun, Gunung, bukit,
tersaji di pulau kecil ini. 3 hari 3 malam di Sabang sukses buat kita betah.
Dan berjanji akan datang berkunjung kembali ke pulau yang indah ini.
2012, Banda Aceh – Sabang we’re back ;)
Akhirnyaaaaa… dengan segala daya upaya yang saya punya.
Bersama rombongan sahabat lainnya, dan kali ini bersama sahabat dari Lampung,
dan Bandung. Excited nya pun melimpah ruah.. saya kembali ke ujung barat
Indonesia ini.
Masih dengan semangat menikmati kota ini, pulau ini. Sabang
masih saja menyuguhkan pulau yang aman, tenang, menyenangkan. Motor terparkir
bebas dengan kunci bahkan masih terpasang tanpa takut ada yang rampok,
masakannya yang belum pernah ditemui, sate guritaaaa… ;) pelayanan penginapan
yang memuaskan meski kita dengan banyak permintaan, hehe… aaahh… selalu tak ada
habisnya menikmati pulau indah ini.
Kemudian, Banda Aceh, saya pun kembali menemuimu. Kali ini
bisa menikmati berkeliling langsung, naik ke PLTD apung yang fenomenal itu,
karena di tahun kedua saya kesini, lokasi ini sudah dijadikan semacam museum
dan dibuka untuk umum. Merinding, gimana bisa kapal segede ini masuk ke kota.
Selanjutnya ke Museum Tsunami, masuk ke museum ini juga gak kalah takjub dan
merinding, bagaimana di museum ini disajikan segala hal yang terjadi saat dan
pasca tsunami. Dan terakhir, mesjid Baiturahman, selalu menemukan ketenangan
ketika menginjak mesjid ini ^_^
Banda Aceh, berkeliling di kotanya tak perlu ragu apalagi
takut. Bayangkan seorang yang saya kenal via sosmed FB, mau menemui saya dan
rombongan dengan segala keramahan dan kebaikan hatinya. Tanpa babibu, tanpa
banyak komentar, doi dengan sangat senang hati menjadi guide kita, dan tanpa
bayaran, bukti betapa anak muda Aceh bisa diacungin jempol ;) . Bahkan supir labi-labi (angkutan umum di
Aceh) sangat kooperatif dengan kita. Mereka sepertinya tau bagaimana bersikap
kepada wisatawan. Mematok harga yang sangat masuk akal. Start dari pelabuhan
kemudian keliling kota Banda Aceh seharian, 1 labi-labi hanya dihargai 150
ribu, dan di dalam bisa muat 10 orang. Great..!! ;)
Apalagi…?? Kalian.. hanya perlu merasakan bagaimana ujung
barat Indonesia ini menyuguhkan segala kearifan lokalnya dan keindanhan
alamnya.
Saya masih banyak hutang sesungguhnya. Masih ingin
meng-eksplore lagi sudut-sudut kota Banda Aceh, bahkan Aceh bagian lainnya.
Aaaahh… semoga saya bisa menjejak lagi di bagian Indonesia
yang indah, nyaman, dan tenang ini.
Indonesia keren….!!! ^_^
selamat pagi, Pantai Sumur Tiga - Sabang ^_^ |
kawasan Pantai Anoi Item & Benteng Jepang - Sabang |
Snorkeling time - Pantai Iboih, Rubiah Island, Sabang |
Rubiah Island - Sabang |
Tugu Nol Kilometer Indonesia -Sabang |
Museum Tsunami - Banda Aceh |
PLTD Apung - Banda Aceh |
Masjid Baiturrahman - Banda Aceh |