Jumat, 10 Oktober 2014

Tentang Impian, Resolusi, dan sebuah Misi

Tepat seminggu statusku baru saja berubah dari seorang gadis menjadi seorang istri. Bahagia yang masih berada di puncak. Sama seperti saat ini, niatku dan dia (suami) ingin berada di puncak tertinggi pulau Jawa, Mahameru. Buatku, bukan karena korban film, tapi ya memang, setelah membaca novel bestseller itu (5cm) aku ingin sekali berada di puncak gunung semeru, menikmati langsung pesona alam yang dideskripsikan di tiap lembar kisahnya. Dan sesungguhnya, aku ingin sekali menginjak semeru bersama para sahabat-sahabatku “the best I ever had”. Tapi apalah daya, impian itu sudah terkubur bersama rasa bahagia semasing kami yang mulai merajut hidup bersama pasangan, dilengkapi dengan junior-junior yang lucu. Entah,, mungkin suatu saat para junior kami yang akan mewujudkan impian ayah bunda mereka :)

Maka… ketika impian itu terkubur, tentu aku tak ingin ikut menguburnya. 2014, resolusi ku adalah MENIKAH dan berada di SEMERU bersama suami.
dan sempat terekam di Kapsul Waktu -nya musisi idolaku, Fiersa Besari.


Alhamdulillah… Resolusi pertama yaitu menikah baru saja berlangsung seminggu lalu, dan next semeru. Yaaa… impian ku hanya bisa ada di semeru. Aku tak pernah menuliskan atau meminta Tuhan mengabulkan untuk aku sampai ke puncak semeru (mahameru). Dan terjadilah… yaaa.. Tuhan akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya… hanya saja harusnya permintaan itu lebih detail -_-‘
Karena pada kenyataannya, perjalanan ku menuju mahameru mendapat larangan dari ortu dan mertua. Perjalanan tetap dilanjutkan hanya saja, aku dan suami tidak boleh sampai ke puncak.
Yaaaa.. kurasa aku memang tak akan pernah diizinkan Allah untuk sampai ke puncak gunung manapun. Setelah tak menjejak puncak Sinabung, tak juga puncak Sibayak, kemudian tidak juga Rinjani, sekarang.. puncak Mahameru pun tak bisa ku sentuh. Tapi… aku akan tetap bersyukur untuk tiap proses dan perjalanan yang aku nikmati sampai hari ini.


Day 1
Agaknya petualangan ini berjalan kesiangan. Aku, mas Danang (suami), mas Yudhi (sohib terawetku), dan Adhi (teman andalan ngegunung :D)  tiba di Tumpang sekitar jam 9 pagi. Belanja logistik, isi simaksi, sewa jeep ; yang Alhamdulillah kita ditawari oleh sekelompok mahasiswa dari Jogja dan Bengkulu, jadi bisa patungan rame-rame. Jam setengah 11 jeep berangkat menuju Tumpang.


Lumayan… dengan kondisi jalan yang tak semuanya mulus, bahkan berbelok tajam, ditambah penumpang jeep yang desak-desakan :D sukses buat saya pusing dan mual.. kebiasaan… si hobi traveling ini selalu bertemu dengan rasa mual… hahaha…

Dan ketika jeep berhenti di tempat ini… meski jackpot (alias isi perut) nyaris keluar… terbayar dengan pemandangan Nusantara yang Subhanallah. Lupa sama mual, lupa sama ga enaknya terguncang-guncang di atas jeep ^_^

Bromoooooooo....

 Sekitar jam 12 lebih sedikit, kamipun sampai di Tumpang, singgah di musholla untuk sholat, packing ulang keril, dan isi perut dulu di warung sekitar.
Setengah 3, dengan diawali doa dan foto bersama dengan tim Jogja-Bengkulu, kami pun mengayunkan langkah pertama dan beribu langkah selanjutnya menuju Ranu Kumbolo.


Yaaaa.. faktor ga pernah olahraga, meski tiap hari naik turun tangga di kantor, tetep aja ngos-ngosan parah sepanjang jalur awal. Suami dengan setianya nungguin setiap aku minta rehat, dianya nyantai aja, istrinya udah sesak napas.. ahahaha…

Sampai di pos 1,, mas Danang mulai ga tega… kerilku pun dilepas dan dia yang bawa.
Bahagia nya entah udah kayak apa… hihih… (antara seneng karena lepas keril plus seneng punya suami seperhatian ini.. hihi) eh tapiii… tetep… perjalanan masih jauh yak. Masih ada 3 pos lagi sebelum Ranu Kumbolo. Malah jadi balik ga tega juga akunya liat dia gotong 2 keril sepanjang perjalanan.

Sampai di pos 3, hari mulai gelap, khawatir ku pun bertambah mengingat mas Danang bermata minus dan perlu ekstra hati-hati berjalan di kegelapan. Maka Adhi lha yang turun tangan, gantian bawa kerilku. Dasar Adhi… si kapten tower… manusia berperawakan tinggi, kerilnya juga lebih tinggi dari dia, bukan cuma bisa bawa 2 keril, 3 juga dia oke :D



Fyuuwww… ga cuma jalan yang mulai melambat karena kaki mulai lelah, dingin pun mulai menusuk.
Dengan kesigapan Adhi yang biasa ngegunung, maka dia pun mengambil inisiatif memacu kecepatan berjalan lebih dulu dari kami untuk bisa segera mendirikan tenda, agar ketika kami sampai bisa segera beristirahat.

Hampir pukul 7 malam, kami yang tinggal bertiga akhirnya sampai di Ranu Kumbolo, tapi malah tak menemukan Adhi. Aaaahh… mulai cemas. Memori dengan kejadian yang hampir sama waktu nge-Rinjani bareng Adhi pun mulai terputar di kepala >.< Teriakan kesana-sini memanggil Adhi pun tak bersahut. Malah ketemu tim Jogja-Bengkulu, dan memberikan informasi bahwa Adhi ada di pos perkemahan Ranu Kumbolo dekat tanjakan cinta.

Eeerrr… tanjakan cinta sebelah manaaaa..?? kita bertiga kan buta semeru. Mana gelap lagi. Tubuhku kedinginan makin ga karuan. Tapi kami harus tetap jalan. Mas Danang yang tadi sempat keseleo pun mulai berjalan makin melambat.

Dengan tetap terus berdoa, akhirnya jalur menuju perkemahan Ranu Kumbolo yang dimaksud mulai kelihatan, dan kami pun akhirnya menemukan Adhi.

Daaaann… BLaaaarr.. kami bertiga berhamburan ke dalam tenda sekedar mencari hangat sejenak :D kemudian segera dobel kostum dengan jaket, sarung tangan dan kaus kaki.
Usai menunaikan shalat, kami pun bersiap makan malam. Dengan menu andalan Adhi, bakwan jagung,, perut pun kenyang tiada tara.. dan tubuh pun siap diistirahatkan.


Day  2

Pagi, Ranu Kumbolo ^_^


 Subhanallah….
Ada syukur yang terucap tak henti-hentinya mengingat aku bisa sampai disini. Bersama suami pula. Impian yang meski belum kesampaian bersama sahabat-sahabat "best I ever had", tapi impian bisa nge-gunung sama suami adalah termasuk salah satu impian terbesarku. Yaaa.. meski kali ini ga bisa sampai puncak :D
Entah kapan… bisa kembali menikmati pagi di Ranu Kumbolo. Maka mari rasakan setiap detak jantung dan nafas yang terhembus di tempat ini. Dan selesaikan misi ku ke semeru kali ini.

Here they are…

Demi kalian "the best I ever Had" aku bisa sampai disini

 Meski aku tak bersama ke-11 sahabat-sahabatku, yang kita sangat ingin bisa sampai disini, maka berharap dengan menuliskan kalian di kertas ini dan membawa kalian di hati dan di setiap jejak langkah ku di sepanjang jalur semeru bisa berarti sama terwujudnya impian kita.

Mission complete ;)

Hari pun semakin siang. Sarapan ala suami tersayang sudah tersaji :) (jangan Tanya kenapa bukan saya yang masak ya wahai pembaca :D ) lengkap dengan seduhan kopi ala Adhi.

Jam 10 pagi… kami siap melanjutkan perjalanan.
Mas Yudhi dan Adhi bersiap menuju kalimati dan dilanjutkan menuju puncak, sementara aku dan mas Danang hanya bisa berbesar hati ikut melanjutkan perjalanan sampai oro-oro ombo saja. Yaaaa… ikut ngerasain tanjakan cinta (meski sudah tak berlaku bagi aku dan suami.. hihii) tapi… lumayan… kembali buat ngos-ngosan. Dan sayang… karena sedang musim panas,, oro-oro ombo tak seindah seharusnya… gersang.

Ready to go to Tanjakan Cinta

 
Oro-oro ombonya keriiing :(

dan kami pun berpisah disini
  
jam 3 sore, aku dan mas Danang sampai kembali di Ranu Kumbolo. Dan jam segini angin udah berhembus aja dan mulai terasa kembali hawa dingin. Niat berkeliling dan hunting foto sore di seputar Ranu Kumbolo pun tak terlaksana. Jadilah menghabiskan waktu dengan ngobrol (yesss.. quality time.. kapan lagi bisa berduaan di gunung *eh :D ) ,, ngopi,, ngemil, masak, makan, dan kemudian tidur lebih awal. Kemudian berdoa untuk Adhi dan mas Yudhi agar mereka selamat, berhasil sampai puncak, dan turun kembali tanpa kurang satu apapun.


Day 3
Pagi ini agak mendung. Matahari yang menyapa antara 2 bukit di Ranu Kumbolo pun muncul dengan malu-malu. Dan aku… masih setia dibalik sleeping bag menahan dingin. Sedang mas Danang sudah berkeliaran di luar sana untuk hunting foto.
Setelah sholat shubuh, kami pun bergegas menyiapkan segala sesuatunya untuk pulang hari ini.
Sesuai kesepakatan, aku dan mas Danang akan berjalan turun duluan menuju Ranu Pani dan berjanji akan menunggu mas Yudhi dan Adhi. Aku yakin, mereka akan sampai tak terlalu lama dari kami. Mengingat aku yang jalannya lambat dan mas Danang pun masih dalam kondisi kaki yang belum sehat betul.
Jam tanganku menunjukkan jam 9 lebih beberapa menit. Kami pun mengayunkan langkah menuju Ranu Pani. Dan perjalanan turun kali ini pun benar-benar kami nikmati. Bolak-balik berhenti untuk foto, istirahat sambil becandaan… aaahh… iya.. ini moment yang belum tentu keulang. We enjoy and happy. Setiap istirahat ada aja tingkah sang suami yang bikin ngakak… padahal kakinya lagi sakit,, tapi raut wajahnya ga sedikit pun menunjukkan rasa sakit dan lelah.

“ kenapa waktu malam kita jalan menuju Ranu Kumbolo, kamu ga mau lepas keril biar adind yang bawa…?“ tanyaku saat berhenti untuk beristirahat. “Padahal kakimu udah sakit banget kan waktu itu..? jalanan gelap lagi.. Adind tau kamu mulai susah jalan.”
“Mana mungkin mas tega biarin kamu yang juga udah ga kuat jalan bawa keril mas. Sedangkan keril kamu aja Adhi yang bawa. Ga mungkin kamu bawa keril mas yang berat ini” jawabnya dengan tenang dan senyum, yang buat aku ga bisa ngomong apa-apa lagi.

-  Dan kamu akan mengetahui karakter asli seseorang  saat mendaki gunung-

Aku pernah ingat seseorang berkata demikian. Dan dari beberapa perjalanan ku naik gunung, sungguh pernyataan itu benar adanya. Dan aku merasa semakin beruntung dan bahagia menikah dengan seorang Danang Sigit.
Dengan kesabarannya nungguin aku yang kadang jalan ga sampai 10 meter minta istirahat, dengan senyumnya dan guyonnya yang jadi obat setiap aku memelas mulai kelelahan sehingga bisa semangat lagi, dengan ketulusan hatinya yang tetap berusaha kuat berjalan di kegelapan malam tanpa mau aku bantu meski aku tau dia sulit berjalan hanya dengan bermodal headlamp.
Kalau ga mikir itu di gunung, mungkin sebuah pelukan sudah mendarat ditubuhnya ^_^

I Love You :)


Hampir setengah 3 kami pun sampai di Ranu Pani.
Kami pun menunaikan shalat, sekedar bersihin badan, dan lanjut makan siang sambil menunggu Mas Yudhi dan Adhi.
Dan tak sampai 3 jam kemudian, mereka pun tiba.
Alhamdulillah…
Semua selamat…
Dan mereka sukses mencapai puncak Mahameru.
Bahagia rasanya bisa membantu mewujudkan mimpi sahabat terawetku, mas Yudhi, yang ingin sampai puncak Mahameru. Tapi berhasilnya dia ada di puncak tentu juga karena mental dan tekad yang sekuat baja. And I’m proud him.

Terimakasih untuk segalanya…
Adhi yang sudah berbaik hati mau jadi porter andalan ;)
Mas Yudhi yang rela jadi bodyguard nya aku dan suami… hihihi…
Dan kamu… suamiku, mas Danang… porter pribadi ;)  yang bersedia menemani mewujudkan misi dan impian terbesar istrimu.. *hug*

Oh iya.. Makasi juga..
Buat temen-temen yang ditemui di Jakarta (Rian-yang udah bawain makan siang dan ngasih hadiah pernikahan, Andra, Ojan-yang udah bawain eskrim, Deti-Anjar yang sempet2nya juga ngasih hadiah pernikahan, miss Eha- yang udah rela jadi tempat kami istirahat sejenak, mas Ndank, mas Aries, Juljul yang sudah meramaikan dengan potongan2 Pizza di rumah miss Eha)
Buat Temen-temen di Malang, (Teza, Acol, Mega, Mas Fa, Dini, yang udah nyambit kami sejak di stasiun, direpotin dengan urusan tiket pulang, cari perlengkapan buat muncak, dianterin kemana-mana slama kami di Malang)
Sekali lagi,, terimakasih… dan maaf jika terselip hal yang menyakiti :)

Semeru… Mahameru…
semoga kita bisa bertemu lagi…
Aku pasti akan merindukanmu ^_^

Medan-Jakarta-Malang ; 6-9 Sept 2014