Sabtu, 30 Agustus 2014

Menjadi si Bolang Bersama Air Asia



Air Asia memang bukan maskapai pertama yang mewujudkan keinginan saya terbang melintas kota bahkan pulau. Saya yang terlahir dari keluarga sederhana hanya bisa bermimpi untuk naik pesawat. Namun memimpikan naik pesawat sesungguhnya tak pernah benar-benar ingin saya wujudkan. Entahlah, buat saya pasti akan ada masanya dimana saya akan bisa mengunjungi kota-kota lain di Indonesia. 

Dan akhirnya sampai lah waktu yang tak pernah terbayang itu. Saya pertama kali naik pesawat, sendirian, tanpa punya pengalaman sebelumnya, hanya untuk mencoba peruntungan di ibukota demi sebuah pekerjaan. Sungguh masih lekat diingatan betapa kedua orang tua saya begitu khawatir sampai-sampai menitipkan saya kepada seorang ibu yang juga satu pesawat dengan saya. Bayangkan, gadis berusia 22 tahun ini terlihat begitu kaku untuk naik pesawat. Sedangkan tak sedikit anak-anak yang saya lihat kala itu dengan santainya dan sudah begitu mengerti bagaimana prosedur naik pesawat, mulai dari masuk bandara, check-in, boarding, hingga memakai sabuk pengaman di kursi pesawat. Aaahh.. justru ini yang menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi saya.


Setahun kemudian…

Seorang teman pun entah kesambet apa mengajak saya untuk traveling. Padahal saya tak punya pengalaman traveling. Naik pesawat saja baru sekali, dan sempat terpikir tak ingin lagi naik pesawat karena saya mabuk udara luar biasa. Dan entah kesambet apa pula, akhirnya saya menyetujui ajakannya dengan segala pertimbangan, dengan segala susunan kegiatan yang ia rancang, dan tentu saja dengan didukung tiket promo Air Asia yang ga nanggung-nanggung. Tiket PP Medan-Jakarta yang saya beli untuk traveling kali ini justru seharga tiket saya untuk sekali jalan setahun lalu. Tentu ajakan yang tak pantas untuk ditolak. Meski mabuk udara masih terus membayangi, saya tak juga gentar.

Masih dengan sikap yang belum sesantai para penumpang lainnya yang terlihat sudah sering naik pesawat, kala itu saya pun masih mengandalkan teman saya untuk melalui segala proses penerbangan. Dan inilah kali kedua saya belajar, dan tentunya merasa semakin pinter, haha…


Tahun selanjutnya…

Berbekal dari pengalaman yang meski baru dua kali. Maka saya pun perlahan membangun impian mengunjungi berbagai kota di Indonesia. Keindahan pulau Tidung – kepulauan seribu, serunya suasana kota tua, di DKI Jakarta setahun lalu, membuka mata saya bahwa Indonesia itu luar biasa. Toh cukup sudah saya menjelajah wisata di kota kelahiran saya, maka sudah saatnya lah saya menikmati pesona lain Indonesia. Terbang tinggi menembus angkasa, melintas pulau-pulau, dan menikmati keelokan, keragaman Indonesia. 

Sayapun mulai menjadi seorang pemburu tiket promo. Terkhusus perhatian saya tertuju pada Air Asia yang sangat sering meluncurkan tiket promo. Maka saya pun merasa tak ada lagi halangan untuk menjelajah Indonesia. Bukankah “bertualanglah kamu selagi muda…??” . Dan Air Asia lah maskapai yang menjadikan saya seorang pecandu petualangan, si bolang - bocah petualang. Dengan didukung seringnya kemunculan tiket promo, penerbangan tepat waktu, kenyamanan mulai dari lepas landas, saat terbang, hingga mendarat, membuat saya sulit berpaling dari maskapai merah ini. Terbang dari Medan menuju Jakarta, Bandung, Pekanbaru, dan Surabaya, sukses saya tempuh bersama Air Asia sejak tahun 2010.

Betapa hidup pun kini semakin berwarna dan bermakna, karena banyak hal yang bisa diperoleh selama perjalanan, selama petualangan. Hidup tak melulu soal rutinitas, pekerjaan, bertemu kegiatan dan orang yang itu-itu saja. Belajar memaknai hidup dengan mengenal lingkungan dan orang-orang baru sungguh begitu berharga. Dan bersama Air Asia lah hidup saya mulai terasa berbeda. Meski mabuk udara tak kunjung sembuh, saya gak pernah kapok untuk naik pesawat :)

Rabu, 27 Agustus 2014

Bertahanlah



Aku masih ingat betapa Yahoo Messenger begitu berjasa ketika kita saling mengenal
Aku masih ingat betapa SMS dan telpon begitu berjasa ketika kita mulai saling mengenal rasa cinta
Aku masih ingat betapa Whatsapp begitu semakin berjasa ketika kita membangun mimpi-mimpi untuk diwujudkan bersama
Dan aku masih ingat betapa video call begitu sangat berjasa ketika rindu membuncah namun pertemuan tak kunjung terwujud

Segala media selalu kita usahakan untuk mereda rindu, untuk melegakan kekhawatiran, untuk menuangkan cinta yang terus bertumbuh. Ketika pertemuan tak bisa sesuka hati kita wujudkan, ketika tatap muka tak bisa semena-mena kita lakukan setiap saat.

Tawa yang masih terdengar
Senyum yang masih terasa
Tatapan yang masih terbayang

Aaahh… buatku.. jarak yang terbentang, waktu yang berbatas, pertemuan yang tak mudah, sungguh menghadirkan rasa yang indah. Meski kadang menyesakkan, meski kadang menghadirkan kesal, bahkan air mata, tapi tentu itulah hal paling mempesona dan luar biasa, teramat mendekati hari sakral kita.

Bertahanlah, kita…
Untuk hari terbaik itu…



Sabtu, 23 Agustus 2014

Pada Bulan Kesekian


Pada bulan kesekian...
Selalu ada ucapan.
Karena kita masih diberi  ingatan, karena kita memang berusaha mengingat.
Sejak bulan pertama hingga bulan kesekian yang aku ataupun kamu tak tau dibulan ke berapa kita akan berujung. Berujung pada satu impian bersama, berujung pada satu kebahagiaan yang didamba, berujung pada satu ikatan terbaik.

Pada bulan kesekian...
Selalu ada ucapan.
Karena kita masih diberi  ingatan, karena kita memang berusaha mengingat.
Sejak bulan pertama hingga bulan kesekian, ucapan itu selalu diiringi dengan doa, selalu diiringi dengan hadiah kecil nan manis, selalu diiringi senyum, dan selalu diiringi rasa yang semakin mendalam.


Pada bulan kesekian...
Selalu ada ucapan...
Ucapan yang ditunggu kemudian terlontar di tiap tanggal dua puluh tiga.
Ucapan yang aku ingin berubah isinya, bahkan mungkin tanggalnya.
 “Selamat Bulan ke-….  kang mas-ku”
biarkan nanti aku mengucapkannya menjadi “Selamat …. Tahun perkawinan, suamiku”

untuk kamu, calon suamiku :)