Senin, 23 September 2013

Kita Bukan Sekedar Cinta Segitiga



“KTP coba keluarin satu-satu…!!”

Ah… apa ini…?? aku mengernyitkan dahi.

“Untuk apa…??” tanyaku

“Yaaa.. biar kita bisa lebih saling tau lagi. Gak ada pemalsuan data diri, biar ketauan umur.” Katanya lagi.

Yaaa… Syahroni Akbar Prabowo, aku biasa memanggil dia Kembaran atau Twin (sejarah kami yang mengaku anak kembar hanya karena kami punya baju yang sama, jauh sebelum kami saling kenal). Di sebelahnya duduk lelaki jangkung bernama Andi Budiman, yang aku panggil Kang Andi.

Kami… diperkenalkan lewat satu komunitas di jejaring sosial facebook. Dan malam itu, tak pernah terbayang di benakku sebelumnya aku akan menghabiskan semalam suntuk menyusur kota Bandung bersama dua lelaki ini. Dua lelaki yang aku kira sudah berteman lama, tapi ternyata mereka pun baru kenal gegara komunitas tersebut. Tentu saja berkenalan denganku hanya beda beberapa bulan, karena pada akhirnya aku menyempatkan diri menginjakkan kaki di Bandung untuk menghadiri pesta pernikahan sahabatku dan menemui mereka.

Euumm… bukan.. bukan hanya mereka. Ada teman-teman lainnya yang tergabung dalam komunitas yang ingin aku temui. Tapi tak bisa dipungkiri entah kenapa dengan dua lelaki ini aku punya ikatan khusus, sejak aku bertemu dan berjabat tangan dengan mereka. Dan aku percayai, ikatan yang hingga kini semakin kuat. Dan ada rasa syukur kepada Allah telah mengijinkanku mengenal mereka.

Jalan bertiga untuk pertama kalinya. Semalam suntuk. Dan kita semacam teman lama yang sudah sering jalan bersama. Tak ada ragu, tak ada batas. Hampir dua tahun lalu.


nge-Nasi goreng mumet deket ITB :D



Sempat-sempatnya bergaya ala the beatles di tengah jalan, dini hari, perempatan Dago



***

Aku masih membolak-balik badanku berusaha untuk tidur di dinginnya malam di Prapat. Yaaa… kita sampai ke Prapat terlalu cepat. Dini hari. Hanya karena supir travel yang kita tumpangi melesat lebih cepat dari seharusnya. Jadilah kita bermalam di pelataran mesjid Prapat.

Kang Andi sudah kulihat tertidur pulas. Si Twin pun tampaknya sudah menemukan posisi nyaman untuk tidurnya.

Aaaahh.. meski sudah beralas kain yang tak begitu tebal yang entah kenapa sempat aku bawa untuk perjalanan ini dan memakai jaket tebal, tetap saja aku masih merasa kedinginan. Sampai pada akhirnya aku menemukan posisi tidur yang nyaman, tepat dengan posisi memunggungi punggung si Twin.

Aku pun berhasil tidur beberapa jam hingga suara adzan berkumandang. Pintu mesjid yang sudah dibuka pun menyambut kedatanganku. Aaahh… akhirnya bisa menghangatkan diri di dalam mesjid sebelum aku menunaikan shalat shubuh.

Hari itu, setahun lewat beberapa hari, kita bisa bertualang lagi bertiga. Iya,, bertiga. Tetapi bedanya, saat itu kita ada di tanah Sumatera, tanah kelahiranku. Petualangan yang  tak pernah terbayang dalam mimpiku sekalipun.

Kembali melewati malam bersama kalian. Berjalan kaki menyusur jalanan.

Prapat, Danau Toba, Samosir menjadi saksinya kala itu. 

ga mau kalah eksis sama patung Sigale-gale :D

 tiga insan menerjang badai... eheheh..


***

“ke Selasar Sunaryo yuk..!!” Kang Andi menawarkan.

“Ah.. udah pernah kang. Ada tempat lain kah yang ga kalah seru..?” tanyaku.

“Lawangwangi aja gimana..?” Kang Andi member penawaran lain.

“Haa..?? tempat apa itu??” aku pun penasaran.

“Kayak Café gitu.”

“Googling aja kali ih…” si Twin pun ambil suara.

Beberapa menit berlalu menunggu hasil dari mbah gugel.

“Gimana..?”

“waaa… keren ini… ayuk..ayuk.. kesana..” aku pun bersemangat.

Yaaa.. kali ini, untuk kesekian kali aku berkunjung ke kota kalian. Dan untuk ketiga kali kita akan menikmati hari khusus bertiga saja.

Jalan Dago Giri adalah tujuan kita. Tak ada angkot menuju kesana. Dan kendaraan pribadi pun tak mendukung. Maka jalan kaki (seperti biasa… hahaha) menjadi pilihan. Karena diyakini pun tempat ini tak jauh dari kosan kang Andi.

Setengah jam lebih sudah berjalan kaki dengan kontur jalanan naik turun semacam lagi naik turun bukit. 

Pfuuhh… hawa dingin Bandung pun tak terasa lagi. Keringat mengucur. Tapi tempat tujuan tak juga tampak.

45 menit berlalu. 
Seperti melihat air di gurun pasir, kita tiba di Lawangwangi.

Akhirnyaaaaa….

Jalanan Bandung, Lawangwangi, tiga bulan yang lalu, menjadi saksi cinta kita lagi.

Iyaaa… kebersamaan tiga insan yang dipertemukan pasti karena Allah, dan insyallah saling menyayangi dan mencintaipun karena Allah.

Tiga insan yang bukan terjebak dalam lingkaran cinta segitiga seperti cerita sinetron, tapi cinta segitiga layaknya satu keluarga. Cinta segitiga yang kadang sulit dijelaskan.



Lawangwangi... kami dataaaaaaang :D



***

Terimakasih atas pertemuannya.

Terimakasih atas kebersamaannya.

Ku rangkum perjalanan kita sejak pertama bertemu dalam tulisan ini. Karena sepertinya aku menyadari sesuatu bahwa tiga bulan yang lalu itu adalah mungkin perjalanan khusus kita bertiga untuk terakhir kalinya.
Karena waktu tak bisa menunggu. Mimpi kita pun tak bisa ditahan. Kita punya satu tujuan masing-masing bersama “masa depan” kita. Yang mungkin jika kita nanti diberi kesempatan jalan dan bertualang bersama, pasti sudah tak bisa bertiga lagi. Tapi sungguh, jika itu kesampaian pasti tak kalah seru :D

Dan jika setelah ini kita masih diberi kesempatan jalan bertiga lagi, mungkin itu bonus, sebelum kita bersama “masa depan” kita masing-masing.


2 komentar:

  1. hmm..lawangwangi itu jd di bandung jd di bandung tp gw ga tahu waktu itu..hmm jd pengen ke toba

    BalasHapus
  2. dan tak ada hubungan antar kaimat di komen mu ini hey Reeant Dephe -___-"

    BalasHapus