“Kamu
mau kita bulan madu kemana nanti, Nda?”
Tanyaku
ketika kami sedang santai berdua di salah satu coffee shop favorit kami. Kulihat dia yang sedang mengacak-acak
tasnya langsung menoleh kearahku.
“Haa..
Apa?”
“Kamu
lagi nyari apa sih?”
“Handphone… kayaknya ketinggalan di rumah
deh.”
“Ya
udah… aku kan disini. Handphone kan
berguna kalau kita lagi LDR-an
sayang. Tadi juga udah pamit ke mama.”
“Iiihh…
kamu nih. Kalau ada yang hubungi aku? Siapa tau penting.”
Dia…
selalu saja begitu. Bawel. Ada saja bantahan setiap aku berargumen. Dia,
Arianda, calon istriku.
“Masih
ada yang lebih penting dari aku…?”
“Huuu…”
“Hahahaha…”
“Tadi
kamu nanya apa?”
“Gak
jadi… udah lewat.”
Aku
pun keburu kesal. Sudahlah… kupikir aku akan tanya lain waktu atau mungkin aku
akan persiapkan sendiri tujuan wisata bulan madu kami. Yaaa.. itung-itung
kejutan. Hari ini, kami lebih baik menghabiskan waktu untuk membahas persiapan
pernikahan kami yang tinggal sebulan lagi.
***
“Siap…?
Gak ada barang yang ketinggalan kan?” tanyaku memastikan.
“Kayaknya
sih gak ada. Keril udah siap diangkut nih.”
Seminggu
sudah kami resmi menyandang status sebagai suami dan istri. Dan perjalanan yang
akan kami lakukan ini pun entah apa namanya. Bulan madu? Liburan? Atau petualangan?
Arianda,
istriku, mengajakku untuk melakukan perjalanan ke Semeru. Iya… Gunung Semeru.
Tujuan yang membuat banyak orang termasuk orang tua dan keluarga protes keras.
Kalau biasanya pasangan pengantin baru berlibur atau bulan madu ke berbagai
kota, pantai, atau wisata lainnya yang masih masuk akal dengan menginap di
hotel, kami… malah mempersiapkan diri untuk menjelajahi gunung.
Semeru, memang sudah masuk daftar
tujuan perjalanan Arianda jauh sebelum mengenalku. Dia pernah bercerita tentang
keinginannya ke Semeru sejak lama, sempat batal beberapa kali, tak menemukan
waktu yang pas dengan beberapa teman, dan akhirnya, ketika dia punya kesempatan
saat ini, cuti panjang dari pekerjaan paska menikah, dan punya aku (ehems…),
dia pun tak melewatkan kesempatan yang ada.
“Makasi
ya suamiku, udah mau nemeni aku sampai kesini.” Katanya sore itu sambil
menikmati indahnya Ranu Kumbolo, ditemani secangkir kopi hangat.
“Terimakasih
kembali, istriku. Mungkin aku juga gak akan pernah kemari kalau gak sama kamu.
Euumm.. menikah dengan seorang petualang kayak kamu, mesti siap-siap nemeni
kemana aja tujuan perjalanan yang kamu mau. Yaa.. asal sama kamu sih aku rela
kemana aja.”
“huuu…
gombal..!!” protesnya.
“Lhooo…
iya dong. Buat aku, gak ada perjalanan, gak ada petualangan paling istimewa
selain dengan teman hidup. Dan kalau kita sering melakukan perjalanan seperti
ini, kita jadi makin tau karakter dari kita masing-masing, dan bisa semakin
cinta kan…?”
“ahahaha…
iya sih. Sok bijak… sok romantis kamu.”
Buatku,
sore itu adalah sore pertama yang paling menyenangkan dan mengagumkan selama
aku melakukan banyak perjalanan ke berbagai tempat. Dan aku ingin lebih banyak
lagi sore yang mengangumkan, bersamanya.
“Aku
juga mau menikah sama kamu karena kamu hobinya jalan-jalan lho, mas. Jadi…
pasti mau nemeni aku kemana aja. Bahkan ke tempat ekstrim sekalipun.”
“Ahahahaha…”
kamipun tertawa bersamaan.
***
Aroma kopi yang semerbak
membangunkan tidur nyenyakku. Kubuka mata, dan tersadar satu ciuman sudah
mendarat di keningku.
“Selamat pagi, lelaki
kesayangan…!!”
Ku lemparkan senyum
termanisku pada Arianda.
“Hmmm… wangi kopi.
Tumben banguni aku pake aroma kopi segala.”
“Biar kayak di
iklan-iklan aja.”
“Ahahaha… kamu nih..”
“Ya udah bangun,
sholat shubuh, terus diminum ya kopinya. Nda kebawah dulu, siapin sarapan.”
“Ok..!!”
Jawabku singkat, sambil membiarkan Arianda berlalu ke lantai bawah, ke dapur,
untuk menyiapkan sarapan.
Masih setengah sadar, kuarahkan
pandanganku ke layar komputer yang menyala. Yaaa.. kebiasaanku pun Arianda,
setiap pagi setelah sholat shubuh pasti menyempatkan diri untuk online, berselancar di dunia maya. Entah
sekedar membaca berita, cek email, atau
cek notifikasi media sosial.
Keindahan Bawah Laut Kepulauan
Derawan. Kubaca judul besar yang tertulis di website yang terpampang di layar komputer. Kubaca singkat isi
artikel yang tertulis di website tersebut
dan melihat beberapa foto. Aku pun mengangguk pelan dan sedikit tersenyum.
“Mas
Gentaaaa… udah sholat belum? Buruan turun yuk, sarapan..!!!.” Terdengar
teriakan Arianda dari lantai bawah menyadarkan keseriusanku membaca artikel di website tersebut.
“Iya...iya...”
Aku pun bergegas.
“Nda,
masih ingat pertanyaanku sebulan sebelum kita menikah, waktu kita nongkrong di cafĂ© gak?” kubuka percakapan pagi itu di
meja makan.
“Euumm…
yang waktu handphone aku ketinggalan
ya? Ya ampun… gimana mau ingat, apa pertanyaannya aja aku gak tau. Waktu itu
aku minta kamu mengulang pertanyaannya kamu gak mau. Emang kenapa?”
“Oooh…
ya udah deh. Gak apa-apa.”
“Tuh
kaaann….!!”
“Ahahaha…
udah… makan aja.”
***
“Bulan depan? Berau?”
Kulihat wajah Arianda yang bengong
sambil memegang tiket pesawat atas namaku dan namanya yang baru saja aku
sodorkan.
“Iyaaa…
urus cuti kamu ya…!!” kataku sambil tersenyum.
Detik
itu pula Arianda memeluk erat tubuhku.
“Ya
ampun maaaass… ini… kita mau ke…” Arianda seolah masih gak percaya.
“Iya
sayaaaangg… Derawan.” Aku pun menegaskan.
***
Rona
jingga langit Kalimantan, kepulauan Derawan
belum usai. Kami baru saja tiba di pulau ini. Salah satu tujuan
perjalanan impian wanitaku.
“Pfuuuhh…!!”
Arianda merebahkan tubuhnya di kasur salah satu penginapan yang kami sewa.
“Capek..?”
tanyaku.
“Perjalanan
yang panjang dan laaaamaaa… anyway makasi
ya sayang untuk kejutannya. Kamu kok tau aku pengen banget ke Derawan? Dari kemaren-kemaren
aku tanyain belum dijawab. Euum… sebentar..sebentar… kamu tau dari…”
Dasar
Arianda… capek, tapi tetep bawel.
“Sudah…
istirahat saja dulu. Besok dan beberapa hari ke depan pasti akan lebih
melelahkan tapi juga pasti seru.” Kataku sambil mengelus kepalanya.
“Ya
dooonngg… perjalanan pasti seru kalau ada aku.”
“Huuu…
GR” Ku cubit pipinya sambil berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
***
“Mas… mas Genta… mas
Genta kamu dimana?” kudengar teriakan Arianda dari dalam penginapan.
“Iya
sayaaaang…aku diluar.” ku sahut panggilannya dengan sedikit berteriak dari luar
penginapan, sambil mataku masih menatap mentari yang perlahan muncul.
Beruntung
kami mendapatkan penginapan yang dibangun di atas laut. Sensasinya memang
berbeda. Sekeliling penginapan hanya disuguhi pemandangan air laut. Sehingga tak
butuh jarak yang jauh antara pintu penginapan dengan tempatku bersantai, di ujung
anjungan tempat biasa kapal kecil berlabuh yang biasa mengantar jemput kami.
“Duduk
sini.” Ku ajak Arianda duduk disampingku.
“Aaahh…
berasa gak mau pulang ya mas. Nyaman banget. Meski capek keliling-keliling
pulau, snorkeling, berenang bareng ubur-ubur, main-main pasir, melihat penyu
dan manta. Gak rela kalau hari ini kita harus pulang.” Arianda berkomentar
sambil matanya pun tertuju ke mentari yang semakin kelihatan, tanda pagi mulai
menjelang.
“Sayang,
Arianda istriku…” ku pegang tangan Arianda dan sedikit menariknya agar kami
duduk berhadapan.
“Kamu
gak perlu tau darimana aku tau kalau tempat ini adalah salah satu tujuan
perjalanan impianmu. Mungkin kamu memang belum pernah cerita ke aku seperti
kamu cerita soal betapa kamu sangat ingin ke Semeru. Tapi aku, akan selalu
berusaha mencari tau apapun untuk bahagiamu. Terimakasih untuk satu tahun tetap
setia menjadi orang yang pertama ku lihat di pagi hari dan menjadi orang yang
terakhir ku lihat di malam hari. Kita sudah banyak melewati perjalanan
mengagumkan, sehingga aku semakin tau karakter kamu, dan justru itu yang
membuat aku semakin jatuh cinta padamu. Aku masih mau melewati banyak
perjalanan mengagumkan bersamamu, yaaa mungkin kelak bersama jagoan-jagoan
kecil kita. Laut, gunung, hutan, kemanapun asal denganmu.”
Arianda
tersenyum sambil diletakkannya kedua tangannya di pipiku. Kemudian ku lihat
wajahnya sedikit kaget.
“Eh
iya… hari ini satu tahun pernikahan kita ya mas. Ya ampuuunn… kok bisa aku yang
lupa. Kan biasanya kamu yang sering lupa sama hari-hari penting.”
Dan
Arianda langsung menarik tubuhku, memelukku erat.
“Terimakasih
juga ya sayang, untuk semuanya.”
***
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen “Awesome Journey” Diselenggarakan oleh Yayasan Kehati dan Nulisbuku.com